AL-BURHAN, AD-DIN, AD-DUNYA, AL-FITHRAH DAN AL-HIFZH DALAM PEMAKNAAN AL-QUR’AN
KATA
PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah
Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan.
Puji syukur tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wa sallam yang telah membimbing dan mengarahkan
dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang, yakni Al-Islam
Peardebatan, perang argumentasi, serta lontaran kritik dari satu golongan dengan golongan yang lain saat ini telah menjadi hal yang wajar kita temui. Mereka yang menghadapi
perbedaan pendapat adakalanya mampu menyesuaikan diri terhadap perbedaan dan
meredam egonya, namun tidak sedikit juga yang melontarkan argumen keras, bahkan
kritikan pedas terhadap pemikiran yang lain. Hal ini dapat kita temui dalam
banyak kasus, termasuk kasus penafsiran Al-Qur‟an. Banyak diantara mereka yang
memiliki penafsiran jauh berseberangan, padahal objek kajiannya tetaplah sama,
yakni Al-Quran. Fenomena
ini adalah jawaban yang membuktikan
bahwa sebuah kitab tafsir terlahir dari tantangan zaman. Setiap mufassir
memiliki tantangan dan respon masing-masing terhadap problematika yang terdapat
di wilayah ia tinggal, sehingga melahirkan tafsiran yang digunakan untuk
menjawab persoalan-persoalan yang ada. Mustahil apabila satu daerah memiliki
karakteristik yang sama persis dengan daerah yang lain. Masing-masing daerah
memiliki khasnya dan setiap insan yang bermukim di daerah tersebut
memiliki sudut pandang pemikiran yang berbeda terhadap suatu persoalan. Perbedaan-perbedaan tersebut juga
disebabkan pemaknaan yang berasal dari satu kosa kata al-quran yang memiliki
makna beranekaragam. Makalah ini akan membahas makna, derivasi, dan contoh
penafsiran dari kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh. Semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Imam Ibnu Taimiah mengatakan: Cara terbaik
untuk menafsirkan al-Quran adalah dengan al-Quran. Banyak sekali kalimat yang
ringkas dalam al-Quran, diterangkan dengan jelas pada ayat lain. Ada juga,
keterangan yang ringkas di suatu tempat, diuraikan dengan panjang lebar di
tempat yang lain. Bila tidak tidak dijumpai keterangan dan penjelasan dalam
al-Quran, maka hendaknya merujuk kepada hadits Nabi. Karena hadits adalah
penjelas al-Quran. Bahkan Imam Syafi’I berkata, “Segala sesuatu yang
diterangkan oleh Rasul, adalah pemahaman beliau atas al-Quran”.[1]
Memaknai al-Quran memiliki
syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah penguasaan bahasa arab, karena di
dalam proses pemaknaan al-Quran seorang pemakna dituntut untuk memahami
secara luas makna kosa kata yang bersangkutan dengan berbagai perubahannya. Di
dalam bahasa arab terdapat beberapa kosa kata yang memiliki varian makna sangat
beragam, satu kata bisa memunculkan makna lebih dari dua bahkan tiga, perbedaan
penyebutan harokat juga dapat melahirkan makna yang berbeda. Karenanya,
penguasaan terhadap bahasa arab menjadi patron utama sekaligus syarat
mutlak sebelum memaknai kata di dalam
al-Quran. Banyak ulama terdahulu yang telah tuntas melakukan proses pemaknaan
al-Quran, dan tidak sedikit diantara mereka yang berbeda dalam memaknai satu
kata yang sama. Makalah ini akan membahas dan mengupas kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh berikut
penafsiran dari ulama-ulama tafsir agar sedikitnya kita dapat memahami
perbedaan yang terjadi dan tiada lagi yang kami harap selain menjadikan makalah
ini sebagai bekal untuk masa depan yang lebih baik, menambah wawasan, dan
kebaikan-kebaikan yang lain.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasar
latar belakang di atas, rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna dasar kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh?
2. Bagaimana pengulangan kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam al-Qur’an?
3. Bagaimana makna dan pesan dalam al-quran kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam penafsiran al-Qur’an?
1. Bagaimana makna dasar kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh?
2. Bagaimana pengulangan kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam al-Qur’an?
3. Bagaimana makna dan pesan dalam al-quran kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam penafsiran al-Qur’an?
C. TUJUAN
MAKALAH
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui makna dasar kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh.
2. Mengetahui pengulangan kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam al-Qur’an.
3. Mengetahui makna kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam penafsiran al-Qur’an.
1. Mengetahui makna dasar kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh.
2. Mengetahui pengulangan kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam al-Qur’an.
3. Mengetahui makna kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam penafsiran al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AD-DIN
1.
Pengertian
ad-Din
Secara
bahasa ad-din merupakan bentuk masdar dari kata “Daana
Yadiinu-Dainan” yang memiliki beberapa arti, diantaranya agama,jalan hidup,
tatanan, hukum dan lain-lain[2].
Dalam kitab al-mu’jam al-mafahras li alfadzi al-qur’an kata ad-din disebutkan
lebih dari 30. Adapun beberapa diantaranya yaitu QS. Al-Fatihah: 4, QS. Yusuf:
76, QS. Al-Imran 83, QS. Al-Baqarah : 132, QS. Al-Nisa’ : 47, QS. Al-A’raf :
29,[3]
dan masih banyak lagi.
2. Makna dasar ad-din menurut kamus Bahasa
Penjelasan
defenitif tentang الدِّينُ
|
Pendapat
ulama
|
No.
|
|
Agama, istilah untuk yang menyembah
Allah, keyakinan hati, terucap lisan dan perbuatan dzohir, kebiasaan, dan
patuh
|
الديانة واسم لجميع ما يعبد به الله والملة والإسلام
والإعتقاد بالجنان والإقرار باللسان وعمل الجوارح بالأركان والسيرة والعادة
والحال والشأن والورع والحساب والملك والسلطان والحكم والقضاء والتدبير
|
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al
Wasith[4]
|
1.
|
Taat, biasa digunakan untuk membahasakan
istilah syariat
|
والدِّينُ
يقال للطاعة والجزاء ، واستعير للشريعة ، والدِّينُ كالملّة ، لكنّه يقال
اعتبارا بالطاعة والانقياد للشريعة
|
Al-Raghib Al-Ashfihani dikitab Mufrodat
AlQuran[5]
|
2.
|
Balasan, kebiasaan, ibadah, tekun dan
perhatain, Penghinaan, penyakit dan perhitungan, penindasan dan menang,
tinggi, menggesakan, takwa, maksiat dan memaksa
|
والدِّيْنُ بالكسر : الجَزاءُ والعادةُ والعِبادةُ
والمُوَاظِبُ من الأَمْطَارِ أو اللَّيِّنُ منها والطاعة والذُّلُّ والدَّاءُ
والحِسابُ والقَهْرُ والغَلَبَةُ والاسْتِعْلاءُ والتَّوْحيدُ والمِلَّةُ
والوَرَعُ والمَعْصِيَةُ والا كْرَاهُ و من الأَمْطَارِ : ما يُعاهِدُ مَوْضِعاً
فصارَ ذلك له عادةً والحالُ والقضاءُ .
|
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus Al-Muhid[6]
|
3.
|
Sesuatu yang dipegang, patuh, takwa,
memaksa, maksiat dan taat.
|
ما
يَتَدَيَّنُ به الرجل و السلطان والوَرَعُ والقهر والمعصية والطاعة
|
Ibnu Mundzim Al-Ifriqi dalam kitab Lisan Al-Arab
|
4.
|
Istilah untuk hal yang dipedomani pelaku
syariat
|
إسم
لما عليه كل واحد من أهل الشريعة
|
Abu HilalAl-Iskari[7]
Furuqallughowiyah
|
5.
|
3.
Ragam
makna ad-din dalam
al-quran
a.
Pembalasan
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Artinya:
“Yang
menguasai hari pembalasan” (QS. al-Fatihah: 4)
Menurut tafsir jalalain yang dimaksud ad-din disini adalah hari pembalasan yaitu hari
qiamat.
b.
Undang-undang/tradisi
فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ
أَخِيهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِن وِعَاءِ أَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ ۖ
مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ ۚ
نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّن نَّشَاءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
Artinya:
“Maka mulailah Yusuf (memeriksa)
karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian
dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur
untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya
menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan
derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang
berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 76)
Dalam
kitab tafsir jalalain yang dimaksud dengan “din al-malik” adalah ketentuan raja mesir, karena hukuman
bagi pencuri menurut undang-undang raja mesir adalah dipukuli dan didenda
sebanyak dua kali lipat dari harga barang yang dicuri, bukan dijadikan budak.
c.
Agama
أَفَغَيْرَ
دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya
“Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Al-Imran: 83)
d.
Ketaatan
إِنَّ
الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن
يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Artinya:
”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Dalam ayat tersebut lafadz ad-din dan islam menjadi satu. Relvansimya dengan makna
ketaatan. Menurut al-Thabari makna dari inna al-diina ‘indallahi al-islam
yaitu “bahwa sesungguhnya segala bentuk ketaatan adalah ketaatan kepadanya”
4. Kesimpulan
pesan Al-Qur’an tentang ad-din
1. Kata Al-Din didalam Al-Qur’an
berkesimpulan pada kepatuhan terhadap Allah, baik tentang spesifikasi makna
ketauhidan, pembalasan, hukum atau sebuah ajaran
2. Setiap realitas membutuhkan pedoman,
salahsatunya Allah menyampaikan pesanya dengan kata Al-Din, agar
ketakwaan bisa dicapai dengan ritus ibadah yang tertuntun.
B. AL-BURHAN
1.
Pengertian
Burhan
Menurut
al-Asfahani dalam kitabnya mu’jamu mufrodati al-fadzi al-qur’an, lafadz burhan
diartikan sebagai suatu bukti untuk menjelaskan suatu alasan secara real.
Sedangkan secara bahasa lafadz burhanun adalah masdar dari baraha-yabrahu,
untuk masdar mudzakkarnya yaitu abrohun, sedangkan masdar muannastnya
yaitu barhaun.[8]
2.
Makna
dasar Burhan dalam kamus bahasa
Penjelasan
defenitif tentang البرهان
|
Pendapat
ulama
|
No.
|
|
Penjelasan hujjah dan mesrupakan istilah untuk
pembuktian paling kuat yang tak
terbantahkan
|
بيان للحجة و
أوكد الأدلّة وهو الذي يقتضي الصدق أبدا لا محالة
|
Al-Raghib Al-Ashfihani dalam kitab Mufrodat
Al-Quran[9]
|
1.
|
Hujjah yang mengguraikan dan menjelaskan
|
الحُجّة
الفاصلة البيّنة
|
Ibnu Mundzir Al-Ifriqi dalam kitab Lisan Al-Arab
|
2.
|
Pembuktian yang pasti sebab indikator yg
dipastikan sudah sah
|
أن البرهان لا
يكون إلا قولا يشهد بصحة الشئ
|
Abu Hilal Al-Iskari dalam Al-Furuq Al-Lughowiyah[10]
|
3.
|
Penjelasan kesaksian final
|
بيان يشهد
بمعنى آخر حق في نفسه وشهادته
|
Pendapat lain didalam kitab Al-Furuq
Al-Lughowiyah
|
4.
|
Sesuatu yang dikehendaki sebagai hujjah
yang pasti
|
ما يقصد به
قطع حجة الخصم فارسي
|
||
Hujjah kepastian yang menjurus kepada
keyakinan
|
الحجة القاطعة
المفيدة للعلم.
|
||
Menampakkan makna yang sah dan menolak
hal yang sebaliknya
|
إظهار صحة
المعنى وإفساد نقيضه.
|
3.
Ragam
Ma’na Burhan Dalam al-Qur’an[11]
a.
Untuk
menynjukan suatu kebenaran
وَقَالُوا لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَن
كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Artinya
“Dan
mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu
(hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah
bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah : 111).
b.
Untuk
menunjukan suatu kebohongan.
c.
Untuk
menunjukan sesuatu yang mendekati benar.
d.
Untuk
menunjukan sesuatu yang mendekati salah.
e.
untuk
menunjukan suatu kebenaran atas suatu kesalahan ataupun sebaliknya.
4.
Kesimpulan
pesan dalam al-quran
1.
Mengenal hierarki penjelasan Al-Adillah (beberapa
dalil/hujjah) dari yang paling tidak bisa dibantah sebagai bukti suatu
kebenaran yang disebut Al-Burhan hingga penjelasan seperlunya saja harus
memiliki konteksasi yang dibutuhkan
2. Terkadang fenomena tanda-tanda kekuasaan
Allah (Al-Ayat) disebutkan oleh Al-Qur’an dengan istilah Al-Burhan,
agar pesan meyakinkan bisa tersampaikan
C. AD-DUNYA
1.
Pengertian
Ad-Dunya
Kata الدنيا (ad-dunya) terambil
dari kata دنى (dana) yang berarti dekat atau dari kata دنىء (dani) yang berarti hina. Arti pertama
menggambarkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang dekat serta dini dan
dialami sekarang, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang jauh dan
akan datang. Sedangkan yang beranggapan bahwa kata dunya terambil dari kata
yang berarti hina, ingin menggambarkan betapa hina kehidupan dunia ini,
khususnya bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.[12]
Beberapa bentuk dari perubahan dana adalah daniyah, adhnaa,
2. Makna dasar ad-dunya menurut kamus Bahasa
Penjelasan
defenitif tentang الدنيا
|
Pendapat
ulama
|
No.
|
|
yang dekat, penggolongan dan kehidupan
nyata
|
قريب لاصق
النسب والحياة الحاضرة
|
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al
Wasith[13]
|
1.
|
Antonim akhirat
|
نَقِيضُ
الآخِرةِ
|
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus
Al-Muhid[14]
|
2.
|
Sebuah karakter
|
أن الدنيا صفة
والعالم إسم
|
Abu Hilal Al-Iskari dalam Al-Furuq Al-Lughowiyah [15]
|
3.
|
Kedekatan
|
المقارَبَة
|
Ibnu Faris dikitab Mu’jam Maqayis AlLughah[16]
|
4.
|
Yang mendekati
|
فهو دانٍ
وسُمِّيت الدُّنْيا لدُنُوِّها ولأَنها دَنتْ وتأَخَّرَت الآخرة
|
Muhammad Al-Ifriqi dalam kitab Lisan Al-Arab[17]
|
5.
|
3.
Rakam
Makna Ad-Dunya
Dalam
kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim kata dunya disebutkan
sejumlah 115 ayat. Dengan beberapa rincian sebagai berikut :
a.
Bermakna
dekat
buah-buahannya dekat,(QS.
al-haqqoh: 23)
b.
Bermakna
layak / patut
Itu lebih layak untuk (menjadikan Para saksi)
mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih layak untuk
menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris)
sesudah mereka bersumpah dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah
(perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS.
Al-Maidah: 108).
c.
Bermakna
kurang dari
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia
antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara)
lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara
jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama
mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. (Al-Mujadillah: 7)
4. Kesimpulan
pesan Al-Qur’an tentang ad-dunya
1. Kata Al-Dunya didalam Al-Qur’an
identik dengan istilah tanah, akhirat, kehidupan, kesenangan dan pahala, hal
ini berkesimpulan tentang menghargai proses hidup & mati.
2. Makna asli Al-Dunya (rendah)
memberikan kepahaman tentang posisi, hal ini diharapkan agar manusia bisa
berintropeksi tentang memaknai hidup dalam ruang & waktu.
D. AL-FITRAH
1.
Pengertian
al-Fitrah
Kata fathara
yang berarti membelah, dari situ terambil kata fitrah. Menurut
ar-Raghib al-Ashfahani, adalah penciptaannya dalam suatu bentuk yang
menjadikannya mampu melakukan pekerjaan atau tugas tertentu. Penciptaan manusia oleh Allah mengandung
makna penganugerahan kepada manusia yaitu potensi untuk beriman dan mengenal
Allah sehingga menjadikan mereka seperti firman Allah
“ sesungguhnya jika kamu tanyakan kepeda
mereka: “ Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan
bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “ Allah”. (QS. Al-Ankabut: 61)[18]
2. Makna dasar al-fitrah menurut kamus Bahasa
Penjelasan
defenitif tentang الفطرة
|
Pendapat
ulama
|
No.
|
|
Penciptaan segala sesuatu sebelum ada aib
|
الخلقة التي
يكون عليها كل موجود أول خلقه والطبيعة السليمة لم تشب بعيب
|
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al
Wasith[19]
|
1.
|
Zakat fitrah dan penciptaan mahluk
|
صَدَقَةُ
الفِطْرِ والخِلْقَةُ التي خُلِقَ عليها المَوْلودُ في رَحِمِ أُمِّهِ والدِّين
|
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus
Al-Muhid[20]
|
2.
|
Mewujudkan sesuatu dalam format tertentu
|
وهو إيجاده
الشيء وإبداعه على هيئة مترشّحة لفعل من الأفعال
|
Al-Raghib Al-Ashfihani[21]
dikitab Mufrodat Al-Quran
|
3.
|
Penciptaan
|
الخِلْقة
|
Ibnu Faris dikitab Mu’jam Maqayis AlLughah[22]
|
4.
|
Kelahiran
|
الخلقة التي
يُخْلقُ عليها المولود في بطن أُمه
|
Ibnu Mandzum Al-Ifriqi dalam Lisan Al-Arab[23]
|
5.
|
3.
Makna al-Fitrah
Dalam
kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim kata fitrah disebutkan hanya dalam satu ayat yaitu
dalam surat Ar-Rum ayat 30.
a.
Fitrah
yang bermakna ciptaan
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum:
30)
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
4. Kesimpulan
pesan Al-Qur’an tentang al-fitrah
1. Kata Al-Fitrah didalam Al-Qur’an
berkesimpulan tentang kendali/kontrol
2. Kekuasaan Allah dalam menciptakan akan
selalu berlanjut dengan kekuasaan Allah yang lain yaitu dalam menyempurnakan.
E. AL-HIFZH
1. Pengertian al-Hifzh
Dalam kitab ar-raghib al-asfahani, Mu’jamu
Mufradati Alfadzil Qur’an, kata al-hifzh bermakna menjaga atau memelihara
diri dari keinginan yang hina, menjaga kesucian diri, menjaga janji suci
berpasangan manakala satu pasangan berada dalam keadaan berpisah. Bermakna juga
memelihara hak-hak Allah, dan seterusnya.[24] Kata al-Hifzh memiliki makna dasar naqidhun nisyan
wahuwa at-ta’ahudu wa qillatul ghaflati, teliti dalam kelupaan, teguh dan
sedikit lupanya (lalai, melupakan).[25]
Makna dasar al-Hifzh menurut kamus Bahasa
Penjelasan
defenitif tentang الحفظ
|
Pendapat
ulama
|
No.
|
|
Menolong dalam penjagaan
|
( حفظ ) الشيء حفظا صانه وحرسه
|
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al
Wasith[26]
|
1.
|
Sedikit lupa
|
قلَّةُ
الغَفْلَةِ
|
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus
Al-Muhid[27]
|
2.
|
Mudah faham, merekam data dan sikap kuat
|
تارة لهيئة
النفس التي بها يثبت ما يؤدي إليه الفهم ، وتارة لضبط الشيء في النفس ، ويضادّه
النسيان ، وتارة لاستعمال تلك القوة
|
Al-Raghib Al-Ashfihani dikitab Mufrodat
Al-Quran[28]
|
3.
|
Melindungi sesuatu
|
مراعاةِ الشيء
|
Ibnu Faris dikitab Mu’jam Maqayis AlLughah[29]
|
4.
|
Menolak lupa
|
نقيض
النِّسْيان وهو التعاهُد وقلَّة الغفلة
|
Ibnu Mandzur Al-Ifriqi dalam Lisan Al-Arab[30]
|
5.
|
2. Pengulangan Kata
Kata ini mempunyai banyak derivasi
kata yang disebutkan dalam al Qur’an, jika dihitung keseluruhan jumlah
pengulangannya dalam beberapa kelompok derivasi tersebut, maka terhitung
sebanyak 44 kali. Banyak derivasi kata yang hanya disebutkan 1 kali dalam al
Qur’an, yaitu kata Hafidhza, Hafidhznaha, Nahfadhzu, Yahfadhzna, Yahfadhzu,
Yahfadhzunahu, Ihfadhzu, Hafidhzu, Istuhfidhzu, Hifdhzuhuma, Hafidhzan,
Mahfudhzan, Mahfudzin, Hafadhzatan. Sedangkan kata Yuhafidhzuna disebutkan 3
kali, kata Hifdhzan dan Hafidhzatun 2 kali, Hafidhzuna sebanyak 6 kali, kata
Hafidhzina 5 kali, Hafiidhzaan 3 kali, dan kata Hafidhzan/Hafidhzin terulang
sebanyak 8 kali.
3.Contoh
Pemaknaan
Di dalam
QS. An-Nisa’ [4]: 34
“Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka)…..”.
Di dalam tafsir al-kasysyaf, makna kata disebutkan dalam konteks hubungan kekeluargaan antara
suami-istri. Az-zamakhsyari memaknainya sebagai kewajiban seorang pasangan
(istri) manakala berada dalam keadaan berpisah dengan suaminya. Adapun yang
termasuk kewajiban seorang istri adalah menjaga kemaluan (kemuliaan), rumah,
dan harta kekayaan suaminya. Sebagaimana dalam hadits nabi “Sebaik-baik
wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia
menyenangkan engkau, jika engkau memerintah diturutinya perintahmu (taat) dan
jika engkau berpergian dijaga hartamu dan hartanya”[31]
Sementara dalam QS.
Al-Ahzab [33]: 35
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”
Kata justru disebutkan dalam
konteks yang berbeda, disebutkan di surat itu ciri-ciri orang muslim, orang mu’min,
dan seterusnya. Az-zamakhsari dalam tafsirnya juga menjelaskan perihal
tersebut. kata berkaitan
dengan orang-orang yang berpuasa, dan orang-orang yang sering menyebut nama
Allah dengan hati mereka, lisan mereka, atau dengan keduanya.[32] Selanjutnya karena puasa adalah menekan hawa nafsu
maka disebutlah al hᾱfizhina furujahum wa
al-hafizhat yakni yang selalu memelihara kemaluannya dan perempuan yang juga
selalu memelihara
kehormatannya.
Di dalam
QS. An-Nisa’ [4]: 34 kata lebih
bermakna dalam konteks hubungan kekeluargaan
antara suami-istri, yakni istri yang menjaga kemaluan (kemuliaan), rumah, dan
harta kekayaan suaminya. Sementara dalam QS. Al-Ahzab [33]: 35 kata lebih masuk ke dalam
konteks ciri-ciri orang yang beriman, dan lebih spesifik bermakna memelihara
kehormatan.
4. Kesimpulan pesan Al-Qur’an tentang al-hifzh
1. Kata Al-Hifdzu didalam Al-Qur’an
berkesimpulan tentang kebaikan yang dilakukan setelah mengetahui adalah menjaga
2. Sikap menjaga selalu muncul untuk
melindungi dari sesuatu yang tidak dikehendaki
BAB III
PENUTUP
Demikian terhidang, walaupun sederhana. Sekilas tentang perbedaan-perbedaan makna yang muncul
dari satu kosa kata di dalam al-Quran. Satu kosa kata dalam al-Quran dapat
menelurkan berbagai makna, hal ini semakin menguatkan bahwa pemaknaan terhadap
al-Quran, atau biasa disebut penafsiran al-Quran, dipengaruhi oleh wawasan keilmuan
sang mufassir terhadap cabang-cabang ‘ulumul quran, dalam hal ini bahasa
arab. Semakin luas pengetahuan mufassir, semakin komplit dan lengkap pula tafsir
dengan ragam makna yang dihasilkan.
. Adapun kami menyadari bahwa makalah ini masih
terbilang jauh dari kata sempurna. Karenanya, kami memohon saran dan kritik
yang bersifat membangun guna bekal di masa depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baqi,Muhammad
Fuad. 1981. ‘al-Mu’jam
al-Mufahras li al-Fadzi al-Qur’an al-Karim. Beirut:
Dar al-Fikr.
Abu Hilal Al-Iskari, Al-Furuq Al-Lughowiyah
Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis AlLughah
Ibnu Mandzur Al-Ifriqi, Lisan Al-Arab
Al-Fairuz Abadi, Al-Qamus Al-Muhid
al-Asfahani,
Ar-Raghib. Mu’jamu Mufradati Alfadzil Qur’an. Beirut: Darul Fikr.
Ibrohim Musthofa, Ahmad Ziyad, Hamid Abdul Qodir dan
Muhamad Najar, Al-Mu’jam Al Wasith
Manzhur, Ibnu. 2003. Lisanul Arab. Kairo: Darul Hadis.
Nasir,
Bachtiar. 2013. Tadabbur Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Perpustakaan
Nasional.
al-Zamakhsyari. 1998. Al-Kasysyaf
An Haqaiq At-Tanzil Wa Uyun Al-Aqawil
Fi Wujuh At Ta‟wil. Riyadh: Maktabah al-Abikan.
Fi Wujuh At Ta‟wil. Riyadh: Maktabah al-Abikan.
[1] Bachtiar Nasir, Tadabbur Al-Qur’an jilid I, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm. xv.
[2] Al-Raghib al-Asfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an,
(Beirut: Darul Fikr), hlm 233.
[3] Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadzi
al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Daru al-Fikr, 1981 M), hlm 268.
[8] Al-Raghib al-Asfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an,
(Beirut: Darul Fikr), hlm 57.
[11] Al-Raghib al-Asfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an,
(Beirut: Darul Fikr), hlm 57-58.
[12] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2002) hlm. 220.
[18] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2002) jilid 5, hlm. 654
[31] Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ‘An Haqaiq At-Tanzil Wa
‘Uyun Al-Aqawil Fi Wujuh At Ta’wil, juz 2
(Nasr: Maktabah al-Abikan, 1998), hlm. 68.
(Nasr: Maktabah al-Abikan, 1998), hlm. 68.
[32] Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ‘An Haqaiq At-Tanzil Wa
‘Uyun Al-Aqawil Fi Wujuh At Ta’wil, juz 5
(Nasr: Maktabah al-Abikan, 1998), hlm. 69.
(Nasr: Maktabah al-Abikan, 1998), hlm. 69.
like this!
BalasHapus