AL-BURHAN, AD-DIN, AD-DUNYA, AL-FITHRAH DAN AL-HIFZH DALAM PEMAKNAAN AL-QUR’AN


KATA PENGANTAR



Segala puji kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan.

 Puji syukur tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wa sallam yang telah membimbing dan mengarahkan dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang, yakni Al-Islam

Peardebatan, perang argumentasi, serta lontaran kritik dari satu golongan dengan golongan yang lain saat ini telah menjadi hal yang wajar kita temui. Mereka yang menghadapi perbedaan pendapat adakalanya mampu menyesuaikan diri terhadap perbedaan dan meredam egonya, namun tidak sedikit juga yang melontarkan argumen keras, bahkan kritikan pedas terhadap pemikiran yang lain. Hal ini dapat kita temui dalam banyak kasus, termasuk kasus penafsiran Al-Qur‟an. Banyak diantara mereka yang memiliki penafsiran jauh berseberangan, padahal objek kajiannya tetaplah sama, yakni Al-Quran. Fenomena ini adalah jawaban yang membuktikan bahwa sebuah kitab tafsir terlahir dari tantangan zaman. Setiap mufassir memiliki tantangan dan respon masing-masing terhadap problematika yang terdapat di wilayah ia tinggal, sehingga melahirkan tafsiran yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada. Mustahil apabila satu daerah memiliki karakteristik yang sama persis dengan daerah yang lain. Masing-masing daerah memiliki khasnya dan setiap insan yang bermukim di daerah tersebut memiliki sudut pandang pemikiran yang berbeda terhadap suatu persoalan. Perbedaan-perbedaan tersebut juga disebabkan pemaknaan yang berasal dari satu kosa kata al-quran yang memiliki makna beranekaragam. Makalah ini akan membahas makna, derivasi, dan contoh penafsiran dari kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh. Semoga bermanfaat.




BAB I

PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG



Imam Ibnu Taimiah mengatakan: Cara terbaik untuk menafsirkan al-Quran adalah dengan al-Quran. Banyak sekali kalimat yang ringkas dalam al-Quran, diterangkan dengan jelas pada ayat lain. Ada juga, keterangan yang ringkas di suatu tempat, diuraikan dengan panjang lebar di tempat yang lain. Bila tidak tidak dijumpai keterangan dan penjelasan dalam al-Quran, maka hendaknya merujuk kepada hadits Nabi. Karena hadits adalah penjelas al-Quran. Bahkan Imam Syafi’I berkata, “Segala sesuatu yang diterangkan oleh Rasul, adalah pemahaman beliau atas al-Quran”.[1]

Memaknai al-Quran memiliki syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah penguasaan bahasa arab, karena di dalam proses pemaknaan al-Quran seorang pemakna dituntut untuk memahami secara luas makna kosa kata yang bersangkutan dengan berbagai perubahannya. Di dalam bahasa arab terdapat beberapa kosa kata yang memiliki varian makna sangat beragam, satu kata bisa memunculkan makna lebih dari dua bahkan tiga, perbedaan penyebutan harokat juga dapat melahirkan makna yang berbeda. Karenanya, penguasaan terhadap bahasa arab menjadi patron utama sekaligus syarat mutlak  sebelum memaknai kata di dalam al-Quran. Banyak ulama terdahulu yang telah tuntas melakukan proses pemaknaan al-Quran, dan tidak sedikit diantara mereka yang berbeda dalam memaknai satu kata yang sama. Makalah ini akan membahas dan mengupas kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh berikut penafsiran dari ulama-ulama tafsir agar sedikitnya kita dapat memahami perbedaan yang terjadi dan tiada lagi yang kami harap selain menjadikan makalah ini sebagai bekal untuk masa depan yang lebih baik, menambah wawasan, dan kebaikan-kebaikan yang lain.











B. RUMUSAN MASALAH



Berdasar latar belakang di atas, rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna dasar
kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh?
2. Bagaimana pengulangan
kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam al-Qur’an?
3. Bagaimana makna dan pesan dalam al-quran  
kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam penafsiran al-Qur’an?



C. TUJUAN MAKALAH



Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui makna dasar
kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh.
2. Mengetahui pengulangan
kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam al-Qur’an.
3. Mengetahu
i makna kata al-burhan, ad-din, ad-dunya, al-fithrah dan al-hifzh dalam penafsiran al-Qur’an.




BAB II

PEMBAHASAN



A. AD-DIN

1.      Pengertian ad-Din

Secara bahasa ad-din merupakan bentuk masdar dari kata “Daana Yadiinu-Dainan” yang memiliki beberapa arti, diantaranya agama,jalan hidup, tatanan, hukum dan lain-lain[2]. Dalam kitab al-mu’jam al-mafahras li alfadzi al-qur’an  kata ad-din disebutkan lebih dari 30. Adapun beberapa diantaranya yaitu QS. Al-Fatihah: 4, QS. Yusuf: 76, QS. Al-Imran 83, QS. Al-Baqarah : 132, QS. Al-Nisa’ : 47, QS. Al-A’raf : 29,[3] dan masih banyak lagi.

2.      Makna dasar ad-din menurut kamus Bahasa

Penjelasan defenitif tentang الدِّينُ
Pendapat ulama
No.
Agama, istilah untuk yang menyembah Allah, keyakinan hati, terucap lisan dan perbuatan dzohir, kebiasaan, dan patuh
الديانة واسم لجميع ما يعبد به الله والملة والإسلام والإعتقاد بالجنان والإقرار باللسان وعمل الجوارح بالأركان والسيرة والعادة والحال والشأن والورع والحساب والملك والسلطان والحكم والقضاء والتدبير
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al Wasith[4]
1.
Taat, biasa digunakan untuk membahasakan istilah syariat
والدِّينُ يقال للطاعة والجزاء ، واستعير للشريعة ، والدِّينُ كالملّة ، لكنّه يقال اعتبارا بالطاعة والانقياد للشريعة
Al-Raghib Al-Ashfihani dikitab Mufrodat AlQuran[5]
2.
Balasan, kebiasaan, ibadah, tekun dan perhatain, Penghinaan, penyakit dan perhitungan, penindasan dan menang, tinggi, menggesakan, takwa, maksiat dan memaksa
والدِّيْنُ بالكسر : الجَزاءُ والعادةُ والعِبادةُ والمُوَاظِبُ من الأَمْطَارِ أو اللَّيِّنُ منها والطاعة والذُّلُّ والدَّاءُ والحِسابُ والقَهْرُ والغَلَبَةُ والاسْتِعْلاءُ والتَّوْحيدُ والمِلَّةُ والوَرَعُ والمَعْصِيَةُ والا كْرَاهُ و من الأَمْطَارِ : ما يُعاهِدُ مَوْضِعاً فصارَ ذلك له عادةً والحالُ والقضاءُ .
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus Al-Muhid[6]
3.
Sesuatu yang dipegang, patuh, takwa, memaksa, maksiat dan taat.
ما يَتَدَيَّنُ به الرجل و السلطان والوَرَعُ والقهر والمعصية والطاعة
Ibnu Mundzim Al-Ifriqi dalam kitab Lisan Al-Arab
4.
Istilah untuk hal yang dipedomani pelaku syariat
إسم لما عليه كل واحد من أهل الشريعة
Abu HilalAl-Iskari[7] Furuqallughowiyah
5.



3.      Ragam makna ad-din dalam al-quran

a.       Pembalasan

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

                   Artinya:

                   Yang menguasai hari pembalasan” (QS. al-Fatihah: 4)

Menurut tafsir jalalain yang dimaksud ad-din disini adalah hari pembalasan yaitu hari qiamat.

b.      Undang-undang/tradisi

فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ أَخِيهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِن وِعَاءِ أَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ ۖ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّن نَّشَاءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

                   Artinya:

     “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 76)

Dalam kitab tafsir jalalain yang dimaksud dengan “din al-malik”  adalah ketentuan raja mesir, karena hukuman bagi pencuri menurut undang-undang raja mesir adalah dipukuli dan didenda sebanyak dua kali lipat dari harga barang yang dicuri, bukan dijadikan budak.

c.       Agama

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

                   Artinya

     “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Al-Imran: 83)







d.      Ketaatan

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ   

                   Artinya:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”

Dalam ayat tersebut lafadz ad-din dan islam  menjadi satu. Relvansimya dengan makna ketaatan. Menurut al-Thabari makna dari inna al-diina ‘indallahi al-islam yaitu “bahwa sesungguhnya segala bentuk ketaatan adalah ketaatan kepadanya”

4.      Kesimpulan pesan Al-Qur’an tentang ad-din

1.    Kata Al-Din didalam Al-Qur’an berkesimpulan pada kepatuhan terhadap Allah, baik tentang spesifikasi makna ketauhidan, pembalasan, hukum atau sebuah ajaran

2.    Setiap realitas membutuhkan pedoman, salahsatunya Allah menyampaikan pesanya dengan kata Al-Din, agar ketakwaan bisa dicapai dengan ritus ibadah yang tertuntun.





B. AL-BURHAN

1.      Pengertian Burhan

Menurut al-Asfahani dalam kitabnya mu’jamu mufrodati al-fadzi al-qur’an, lafadz burhan diartikan sebagai suatu bukti untuk menjelaskan suatu alasan secara real. Sedangkan secara bahasa lafadz burhanun adalah masdar dari baraha-yabrahu, untuk masdar mudzakkarnya yaitu abrohun, sedangkan masdar muannastnya yaitu barhaun.[8]

2.      Makna dasar Burhan dalam kamus bahasa



Penjelasan defenitif tentang البرهان
Pendapat ulama
No.
Penjelasan  hujjah dan mesrupakan istilah untuk pembuktian  paling kuat yang tak terbantahkan
بيان للحجة و أوكد الأدلّة وهو الذي يقتضي الصدق أبدا لا محالة
Al-Raghib Al-Ashfihani dalam kitab Mufrodat Al-Quran[9]
1.
Hujjah yang mengguraikan dan menjelaskan
الحُجّة الفاصلة البيّنة
Ibnu Mundzir Al-Ifriqi dalam kitab Lisan Al-Arab
2.
Pembuktian yang pasti sebab indikator yg dipastikan sudah sah
أن البرهان لا يكون إلا قولا يشهد بصحة الشئ
Abu Hilal Al-Iskari dalam  Al-Furuq Al-Lughowiyah[10]
3.
Penjelasan kesaksian final
بيان يشهد بمعنى آخر حق في نفسه وشهادته
Pendapat lain didalam kitab Al-Furuq Al-Lughowiyah
4.
Sesuatu yang dikehendaki sebagai hujjah yang pasti
ما يقصد به قطع حجة الخصم فارسي
Hujjah kepastian yang menjurus kepada keyakinan
الحجة القاطعة المفيدة للعلم.
Menampakkan makna yang sah dan menolak hal yang sebaliknya
إظهار صحة المعنى وإفساد نقيضه.





3.      Ragam Ma’na Burhan Dalam al-Qur’an[11]

a.       Untuk menynjukan suatu kebenaran

وَقَالُوا لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

                             Artinya

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah : 111).



b.      Untuk menunjukan suatu kebohongan.

c.       Untuk menunjukan sesuatu yang mendekati benar.

d.      Untuk menunjukan sesuatu yang mendekati salah.

e.       untuk menunjukan suatu kebenaran atas suatu kesalahan ataupun sebaliknya.

4.      Kesimpulan pesan dalam al-quran

1.      Mengenal hierarki penjelasan Al-Adillah (beberapa dalil/hujjah) dari yang paling tidak bisa dibantah sebagai bukti suatu kebenaran yang disebut Al-Burhan hingga penjelasan seperlunya saja harus memiliki konteksasi yang dibutuhkan

2.      Terkadang fenomena tanda-tanda kekuasaan Allah (Al-Ayat) disebutkan oleh Al-Qur’an dengan istilah Al-Burhan, agar pesan meyakinkan bisa tersampaikan





C. AD-DUNYA

1.      Pengertian Ad-Dunya

Kata الدنيا (ad-dunya) terambil dari kata دنى (dana) yang berarti dekat atau dari kata دنىء  (dani) yang berarti hina. Arti pertama menggambarkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang dekat serta dini dan dialami sekarang, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang jauh dan akan datang. Sedangkan yang beranggapan bahwa kata dunya terambil dari kata yang berarti hina, ingin menggambarkan betapa hina kehidupan dunia ini, khususnya bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.[12] Beberapa bentuk dari perubahan dana adalah daniyah, adhnaa,



2.      Makna dasar ad-dunya menurut kamus Bahasa

Penjelasan defenitif tentang الدنيا
Pendapat ulama
No.
yang dekat, penggolongan dan kehidupan nyata
قريب لاصق النسب والحياة الحاضرة
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al Wasith[13]
1.
Antonim akhirat
نَقِيضُ الآخِرةِ
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus Al-Muhid[14]
2.
Sebuah karakter
أن الدنيا صفة والعالم إسم
Abu Hilal Al-Iskari dalam  Al-Furuq Al-Lughowiyah [15]
3.
Kedekatan
المقارَبَة
Ibnu Faris dikitab Mu’jam Maqayis AlLughah[16]
4.
Yang mendekati
فهو دانٍ وسُمِّيت الدُّنْيا لدُنُوِّها ولأَنها دَنتْ وتأَخَّرَت الآخرة
Muhammad Al-Ifriqi dalam kitab Lisan Al-Arab[17]
5.



3.      Rakam Makna Ad-Dunya

Dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim kata dunya disebutkan sejumlah 115 ayat. Dengan beberapa rincian sebagai berikut :

a.        Bermakna dekat



buah-buahannya dekat,(QS. al-haqqoh: 23)

b.      Bermakna layak / patut

Itu lebih layak untuk (menjadikan Para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih layak untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS. Al-Maidah: 108).

c.       Bermakna kurang dari

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Al-Mujadillah: 7)

4.      Kesimpulan pesan Al-Qur’an tentang ad-dunya

1.    Kata Al-Dunya didalam Al-Qur’an identik dengan istilah tanah, akhirat, kehidupan, kesenangan dan pahala, hal ini berkesimpulan tentang menghargai proses hidup & mati.

2.    Makna asli Al-Dunya (rendah) memberikan kepahaman tentang posisi, hal ini diharapkan agar manusia bisa berintropeksi tentang memaknai hidup dalam ruang & waktu.



D. AL-FITRAH

1.      Pengertian al-Fitrah

Kata fathara yang berarti membelah, dari situ terambil kata fitrah. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, adalah penciptaannya dalam suatu bentuk yang menjadikannya mampu melakukan pekerjaan atau tugas tertentu.  Penciptaan manusia oleh Allah mengandung makna penganugerahan kepada manusia yaitu potensi untuk beriman dan mengenal Allah sehingga menjadikan mereka seperti firman Allah

sesungguhnya jika kamu tanyakan kepeda mereka: “ Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “ Allah”. (QS. Al-Ankabut: 61)[18]



2.      Makna dasar al-fitrah menurut kamus Bahasa

Penjelasan defenitif tentang الفطرة
Pendapat ulama
No.
Penciptaan segala sesuatu sebelum ada aib
الخلقة التي يكون عليها كل موجود أول خلقه والطبيعة السليمة لم تشب بعيب
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al Wasith[19]
1.
Zakat fitrah dan penciptaan mahluk
صَدَقَةُ الفِطْرِ والخِلْقَةُ التي خُلِقَ عليها المَوْلودُ في رَحِمِ أُمِّهِ والدِّين
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus Al-Muhid[20]
2.
Mewujudkan sesuatu dalam format tertentu
وهو إيجاده الشيء وإبداعه على هيئة مترشّحة لفعل من الأفعال
Al-Raghib Al-Ashfihani[21] dikitab Mufrodat Al-Quran
3.
Penciptaan
الخِلْقة
Ibnu Faris dikitab Mu’jam Maqayis AlLughah[22]
4.
Kelahiran
الخلقة التي يُخْلقُ عليها المولود في بطن أُمه
Ibnu Mandzum Al-Ifriqi dalam Lisan Al-Arab[23]
5.





3.      Makna al-Fitrah

Dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim kata fitrah  disebutkan hanya dalam satu ayat yaitu dalam surat Ar-Rum ayat 30.

a.       Fitrah yang bermakna ciptaan


Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum: 30)

Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

4.      Kesimpulan pesan Al-Qur’an tentang al-fitrah

1.      Kata Al-Fitrah didalam Al-Qur’an berkesimpulan tentang kendali/kontrol

2.      Kekuasaan Allah dalam menciptakan akan selalu berlanjut dengan kekuasaan Allah yang lain yaitu dalam menyempurnakan.







E. AL-HIFZH

1. Pengertian al-Hifzh

Dalam kitab ar-raghib al-asfahani, Mu’jamu Mufradati Alfadzil Qur’an, kata al-hifzh bermakna menjaga atau memelihara diri dari keinginan yang hina, menjaga kesucian diri, menjaga janji suci berpasangan manakala satu pasangan berada dalam keadaan berpisah. Bermakna juga memelihara hak-hak Allah, dan seterusnya.[24] Kata al-Hifzh memiliki makna dasar naqidhun nisyan wahuwa at-taahudu wa qillatul ghaflati, teliti dalam kelupaan, teguh dan sedikit lupanya (lalai, melupakan).[25]



Makna dasar al-Hifzh menurut kamus Bahasa



Penjelasan defenitif tentang الحفظ
Pendapat ulama
No.
Menolong dalam penjagaan
( حفظ ) الشيء حفظا صانه وحرسه
Ibrohim Musthofa dikitab Al-Mu’jam Al Wasith[26]
1.
Sedikit lupa
قلَّةُ الغَفْلَةِ
Al-Fiaruz Abadi dalam Al-Qamus Al-Muhid[27]
2.
Mudah faham, merekam data dan sikap kuat
تارة لهيئة النفس التي بها يثبت ما يؤدي إليه الفهم ، وتارة لضبط الشيء في النفس ، ويضادّه النسيان ، وتارة لاستعمال تلك القوة
Al-Raghib Al-Ashfihani dikitab Mufrodat Al-Quran[28]
3.
Melindungi sesuatu
مراعاةِ الشيء
Ibnu Faris dikitab Mu’jam Maqayis AlLughah[29]
4.
Menolak lupa
نقيض النِّسْيان وهو التعاهُد وقلَّة الغفلة
Ibnu Mandzur Al-Ifriqi dalam Lisan Al-Arab[30]
5.





 2. Pengulangan Kata

Kata ini mempunyai banyak derivasi kata yang disebutkan dalam al Qur’an, jika dihitung keseluruhan jumlah pengulangannya dalam beberapa kelompok derivasi tersebut, maka terhitung sebanyak 44 kali. Banyak derivasi kata yang hanya disebutkan 1 kali dalam al Qur’an, yaitu kata Hafidhza, Hafidhznaha, Nahfadhzu, Yahfadhzna, Yahfadhzu, Yahfadhzunahu, Ihfadhzu, Hafidhzu, Istuhfidhzu, Hifdhzuhuma, Hafidhzan, Mahfudhzan, Mahfudzin, Hafadhzatan. Sedangkan kata Yuhafidhzuna disebutkan 3 kali, kata Hifdhzan dan Hafidhzatun 2 kali, Hafidhzuna sebanyak 6 kali, kata Hafidhzina 5 kali, Hafiidhzaan 3 kali, dan kata Hafidhzan/Hafidhzin terulang sebanyak 8 kali.



3.Contoh Pemaknaan

Di dalam QS. An-Nisa’ [4]: 34













Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…..”.


Di dalam tafsir al-kasysyaf, makna kata disebutkan dalam konteks hubungan kekeluargaan antara suami-istri. Az-zamakhsyari memaknainya sebagai kewajiban seorang pasangan (istri) manakala berada dalam keadaan berpisah dengan suaminya. Adapun yang termasuk kewajiban seorang istri adalah menjaga kemaluan (kemuliaan), rumah, dan harta kekayaan suaminya. Sebagaimana dalam hadits nabi “Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia menyenangkan engkau, jika engkau memerintah diturutinya perintahmu (taat) dan jika engkau berpergian dijaga hartamu dan hartanya”[31]



Sementara dalam QS. Al-Ahzab [33]: 35


















Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar



Kata                     justru disebutkan dalam konteks yang berbeda, disebutkan di surat itu ciri-ciri orang muslim, orang mu’min, dan seterusnya. Az-zamakhsari dalam tafsirnya juga menjelaskan perihal tersebut. kata                 berkaitan dengan orang-orang yang berpuasa, dan orang-orang yang sering menyebut nama Allah dengan hati mereka, lisan mereka, atau dengan keduanya.[32] Selanjutnya karena puasa adalah menekan hawa nafsu maka disebutlah al hfizhina furujahum wa al-hafizhat yakni yang selalu memelihara kemaluannya dan perempuan yang juga selalu memelihara kehormatannya.

Di dalam QS. An-Nisa’ [4]: 34 kata lebih bermakna dalam konteks hubungan kekeluargaan antara suami-istri, yakni istri yang menjaga kemaluan (kemuliaan), rumah, dan harta kekayaan suaminya. Sementara dalam QS. Al-Ahzab [33]: 35 kata                    lebih masuk ke dalam konteks ciri-ciri orang yang beriman, dan lebih spesifik bermakna memelihara kehormatan.

4. Kesimpulan pesan Al-Qur’an tentang al-hifzh

1.    Kata Al-Hifdzu didalam Al-Qur’an berkesimpulan tentang kebaikan yang dilakukan setelah mengetahui adalah menjaga

2.    Sikap menjaga selalu muncul untuk melindungi dari sesuatu yang tidak dikehendaki




BAB III

PENUTUP



Demikian terhidang, walaupun sederhana. Sekilas tentang perbedaan-perbedaan makna yang muncul dari satu kosa kata di dalam al-Quran. Satu kosa kata dalam al-Quran dapat menelurkan berbagai makna, hal ini semakin menguatkan bahwa pemaknaan terhadap al-Quran, atau biasa disebut penafsiran al-Quran, dipengaruhi oleh wawasan keilmuan sang mufassir terhadap cabang-cabang ‘ulumul quran, dalam hal ini bahasa arab. Semakin luas pengetahuan mufassir, semakin komplit dan lengkap pula tafsir dengan ragam makna yang dihasilkan.

. Adapun kami menyadari bahwa makalah ini masih terbilang jauh dari kata sempurna. Karenanya, kami memohon saran dan kritik yang bersifat membangun guna bekal di masa depan yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA





Abdul Baqi,Muhammad Fuad. 1981.al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadzi al-Qur’an al-Karim. Beirut: Dar al-Fikr.

Abu Hilal Al-Iskari, Al-Furuq Al-Lughowiyah

Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis AlLughah 

Ibnu Mandzur Al-Ifriqi, Lisan Al-Arab

Al-Fairuz Abadi, Al-Qamus Al-Muhid

al-Asfahani, Ar-Raghib. Mu’jamu Mufradati Alfadzil Qur’an. Beirut: Darul Fikr.

 Ibrohim Musthofa, Ahmad Ziyad, Hamid Abdul Qodir dan Muhamad Najar, Al-Mu’jam Al Wasith

Manzhur, Ibnu. 2003. Lisanul Arab. Kairo: Darul Hadis.

Nasir, Bachtiar. 2013. Tadabbur Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Perpustakaan Nasional.

 al-Zamakhsyari. 1998. Al-Kasysyaf An Haqaiq At-Tanzil Wa Uyun Al-Aqawil
Fi Wujuh At Ta‟wil. Riyadh: Maktabah al-Abikan.







[1] Bachtiar Nasir, Tadabbur Al-Qur’an jilid  I, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm. xv.
[2] Al-Raghib al-Asfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Darul Fikr), hlm 233.
[3] Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadzi al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Daru al-Fikr, 1981 M), hlm 268.
[4] المعجم الوسيط [1 /307] المؤلف : إبراهيم مصطفى ـ أحمد الزيات ـ حامد عبد القادر ـ محمد النجار
[5] مفردات القرآن ـ للراغب ـ نسخة محققة [ص 323] للحسين بن محمد بن المفضل المعروف بالراغب الأصفهاني
[6] القاموس المحيط [ص 1546] المؤلف : محمد بن يعقوب الفيروزآبادي
[7] الفروق اللغوية [ص 509]
[8] Al-Raghib al-Asfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Darul Fikr), hlm 57.
[9] مفردات القرآن ـ للراغب ـ نسخة محققة [ص 121] للحسين بن محمد بن المفضل المعروف بالراغب الأصفهاني
[10] الفروق اللغوية [ص 97] المؤلف : أبو هلال العسكري
[11] Al-Raghib al-Asfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Darul Fikr), hlm 57-58.
[12] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta:  Perpustakaan Nasional, 2002)  hlm. 220.
[13] المعجم الوسيط [1 /299] المؤلف : إبراهيم مصطفى ـ أحمد الزيات ـ حامد عبد القادر ـ محمد النجار
[14] القاموس المحيط [ص 1656] المؤلف : محمد بن يعقوب الفيروزآبادي
[15] الفروق اللغوية [ص 236] المؤلف : أبو هلال العسكري
[16] معجم مقاييس اللغة لابن فارس [2 /303]
[17] لسان العرب [14 /271] المؤلف : محمد بن مكرم بن منظور الأفريقي المصري
[18] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta:  Perpustakaan Nasional, 2002)  jilid 5, hlm. 654
[19] المعجم الوسيط [2 /694] المؤلف : إبراهيم مصطفى ـ أحمد الزيات ـ حامد عبد القادر ـ محمد النجار
[20] القاموس المحيط [ص 587] المؤلف : محمد بن يعقوب الفيروزآبادي
[21] مفردات القرآن ـ للراغب ـ نسخة محققة [ص 640] للحسين بن محمد بن المفضل المعروف بالراغب الأصفهاني
[22] معجم مقاييس اللغة لابن فارس [4 /510]
[23] لسان العرب [5 /55] المؤلف : محمد بن مكرم بن منظور الأفريقي المصري
[24] Ar-Raghib al-Asfahani, Mu’jamu Mufradati Alfadzil Qur’an (Beirut: Darul Fikr,) hlm. 123.
[25] Ibnu Manzhur, Lisanul Arab (Kairo: Darul Hadis, 2003) hlm. 929.
[26] المعجم الوسيط [1 /185] المؤلف : إبراهيم مصطفى ـ أحمد الزيات ـ حامد عبد القادر ـ محمد النجار
[27] القاموس المحيط [ص 897] المؤلف : محمد بن يعقوب الفيروزآبادي
[28] مفردات القرآن [ص 244] المؤلف : الحسين بن محمد بن المفضل المعروف بالراغب الأصفهاني أبو القاسم
[29] معجم مقاييس اللغة لابن فارس [2 /87]
[30] لسان العرب [7 /440] المؤلف : محمد بن مكرم بن منظور الأفريقي المصري
[31] Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ‘An Haqaiq At-Tanzil Wa ‘Uyun Al-Aqawil Fi Wujuh At Ta’wil, juz 2
(Nasr: Maktabah al-Abikan, 1998), hlm. 68.
[32] Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ‘An Haqaiq At-Tanzil Wa ‘Uyun Al-Aqawil Fi Wujuh At Ta’wil, juz 5
(Nasr: Maktabah al-Abikan, 1998), hlm. 69.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Larangan Berbisik-Bisik

Kajian Hadis Silaturahmi